Pages

Monday, March 14, 2011

“Pemimpin” atau Pemimpin


Saat di eskalator, di sebelah saya berdiri seorang ayah menggendong seorang anak laki-lakinya. Menurut prediksi saya, usia anak lelaki tersebut tidak lebih dari lima tahun. Ia menangis dan sesekali meronta dalam gendongan ayahnya. Beberapa kali ibunya, yang berdiri di belakang ayahnya, berusaha mendiamkan anak itu, namun tidak berhasil. Akhirnya sampailah di ujung eskalator. Selepas dari eskalator, sang ayah menurunkan anaknya dari gendongan dan anak itu merajuk minta diizinkan terus bermain. Ternyata itu sebabnya.

Ini mengingatkan kembali pada masa kecil saya, yang mungkin tidak jauh berbeda dari anak kecil lainnya. Resep jitu agar keinginan dapat tercapai adalah dengan tangisan dan rengekan, niscaya orangtua akan berusaha memenuhi keinginan saya. Rasa puas karena merasa menang pun memenuhi hati.

Saya berhasil mempengaruhi orangtua saya agar menuruti saya, tetapi apakah itu menandakan saya adalah pemimpin mereka? Tidak. Mereka hanya menuruti sementara keinginan saya, daripada saya terus mengeluh dan menuntut. Mereka hanya menunggu saat yang tepat untuk memberi saya pemahaman tentang apa dan mengapa sesuatu dikatakan boleh atau tidak untuk dilakukan.

Merekalah pemimpin saya. Bagi saya, mereka memiliki dua kata kunci dari pemimpin, yaitu pengaruh dan berfungsi. Dari waktu ke waktu, mereka menjalankan fungsi mereka sebagai orang tua untuk memberikan pemahaman, pengetahuan, pengarahan, hingga akhirnya semuanya itu memengaruhi kehidupan saya. Ya, kepemimpinan bukan mengenai siapa kita, apa jabatan kita sehingga harus dituruti oleh orang, atau usia kita, tetapi pengaruh apa yang bisa kita berikan bagi kehidupan orang lain serta bagaimana kita berfungsi.

Bangkitnya pemimpin, inilah yang menjadi visi Saints Movement Community Church (SMCC) pada tahun 2011. Ada tindakan dan usaha yang diperlukan untuk bangkit. Sekalipun bukan hal mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Be Ready Guys (*)

Salam,

Natasha Benita

*dimuat di Progress News
edisi Maret 2011