Cerita sebelumnya:
Jagalah Mata, Jangan Kau Nodai..
Setelah dilakukannya operasi kecil pada mata, aku pun bergegas menuju mobil dengan satu mata dalam kondisi tertutup perban (otomatis, dengan membayar dahulu pastinya pada dokternya). Menit - menit pertama masih terasa efek mati rasa di mata. Namun setelah sepuluh menit, mulai rasa nyeri alias "cekot-cekot" muncul di mata. Efek obat mati rasa mulai hilang dari mata.. aaargh..
Selama perjalanan pulang dari dokter, tidak banyak hal yang bisa kukatakan. Di mobil aku hanya diam sambil memegangi satu mata, dan menanti saat - saat untuk tiba di rumah. Sesampainya di rumah, hal yang muncul di kepalaku hanya satu: MAKAN. karena kalau sudah makan, artinya aku bisa minum obat penghilang rasa sakit, yang juga artinya mengakhiri penderitaanku yang meringis-meringis karena sakit.
Memasuki rumah, bergegaslah aku duduk di meja makan. Membuka piring yang disusun dengan terbalik di meja makan rumah. Kejanggalan pertama terasa. Sewaktu mau mengambil makan, rasanya ada yang aneh. Aku seperti orang yang nggak fokus untuk mengambil barang. Jelas tangan kananku memegang sendok, dan tangan kiri memegang garpu, tapi rasanya aneh karena aku melihat barang seakan - akan hanya bertumpu pada mata kanan, dan terlebih lagi aku tidak bisa melihat banyak benda yang ada di sebelah kiri karena mata kiriku diperban. Bagaimanapun, aku harus segera menyelesaikan makanku, meminum obat, dan bergegas tidur.
Esok harinya, aq terbangun dengan mata yang diperban, dengan perban semalam. Rencana hari ini adalah mandi, lalu membuka perban. Haaah..menjalani waktu - waktu selama belum membuka perban ternyata tidak mudah. jadi berhubung aku sedikit nganggur di rumah, dan nggak bisa membaca banyak-banyak, untuk terlalu lama melihat laptop juga susah, akhirnya aku pun memilih untuk menghabiskan waktu dengan menggunakan kuteks untuk kuku tanganku.
Ambil kuteks, kuangkat kuas, kusapukan kuas di kuku ku. tidak ada yang susah bagiku, sekalipun harus dengan satu mata tertutup. Masalah ternyata baru timbul saat aku harus memasukkan kembali kuas kuteks ke dalam botolnya. Meleset sana sini. dibutuuhkan waktu beberapa menit untuk bisa benar - benar memasukkan kuas seutuhnya ke dalam botolnya. Kalau setiap habis memoles satu kuku, aku harus memasukkan kuas ke dalam botol, bisa dibayangkan berapa kali aku harus mencoba "memfokuskan" tanganku untuk memasukkan kuas ke dalam botol.
Tidak cukup "perang" dengan kuteks. Setiap berjalan pun tidak jarang aku menabrak sesuatu di sebelah kiriku, contohnya sofa dan kursi. Yah, memang sedikit menjengkelkan kalau tidak bisa melihat dengan utuh. Seperti biasa melihat TV dengan gambar yang penuh, tiba-tiba sekarang hanya dapet setengah gambar.
Akhirnya hari menjelang sore, aku baru memutuskan untuk membuka perbanku sendiri, dengan perkiraan bahwa luka pasca operasi sudah bisa dibiarkan tanpa penutup. Tentunya, dokterku juga sudah mengizinkan aku untuk membuka perban. Proses melepas perban tidak menyiksa sama sekali. Cepat, tidak sakit, dan mudah untuk dilakukan sendiri. Aku melihat di kaca, mataku sudah membaik, tapi masih membiru bekas injeksi dan masih ada sisa-sisa luka pasca operasi.
Masalah baru muncul saat aku mengalihkan arah mataku untuk melihat perban yang ada di genggaman tanganku. Kira - kira 30 cm di depan mataku. eaaaa.... karena nyaris 24 jam mata kiriku tertutup, sekarang waktunya mata kiri untuk "bersinkronisasi" dengan mata kanan. Untuk melihat hal-hal dalam jarak dekat, aku bisa melihat semuanya jadi dua. untuk limat menit awal, lagi-lagi aku harus sedikit nabrak-nabrak sana sini. setelah lima hingga sepuluh menit awal, akhirnya mataku pun mulai bisa menyesuaikan diri. lambat laun, akhirnya mataku bisa bekerja sama dengan baik antara yang kiri dan kanan.
***
ada yang bilang kalo mata adalah jendela hati. Bukan berarti kalo aku sakit mata, trus artinya hatiku ikutan kotor. kurang lebih, inilah jadinya saat hati kita nggak beres. mungkin karena kita tidak bisa menjaga hati kita untuk tetap terjaga bersih melalui apa yang kita lihat. Kenapa kok harus apa yang kita lihat? ya biasa, apa yang seirng kita lihat, akhirnya jadi sering nyantol di kepala, akhirnya kepikiran terus, ujung-ujungnya melahirkan sebuah tindakan.
akhirnya kita harus melalui cara yang panjang, merepotkan, menyakitkan, bahkan sampe bikin nabrak-nabrak sana sini. Buang waktu? iya. padahal jelas ada kerjaan lain yang harus dikerjakan, tapi karena "sakit" akhirnya hanya bisa berputar - putar di masalah yang sama untuk menyembuhkan diri. Buang tenaga? jelas. Buang materi? iya.
Kalau aku, menjaga mataku dengan luar biasa seperti ini, apalagi Tuhan yang jelas-jelas mengasihi kita seperti biji mata-Nya?
Tuesday, October 19, 2010
Monday, October 18, 2010
Jagalah Mata, Jangan Kau Nodai..
Kamis, 30 September 2010 aku terbangun dengan rasa janggal di mata. Mata rasanya beraaat (ah kalo ini sih memang sindrom semua orang. Mata selalu terasa sangat amat berat waktu awal - awal bangun). Berat di mataku kali ini beda, karena dapet ketambahan "bonus" rasa sakit. Langsung kepikiran "hadeeeh, kenapa ini?". Langsung kedua kaki kupijakkan ke lantai, dan beranjak ke depan kaca. Hasilnya... *jeng jeng jeng* mata kiri membengkak.
Konsultasi melalui telepon pun kulakukan dengan salah seorang dokter mata kenalanku,dan akhirnya tercetuslah nama sebuah obat. Dari referensi beberapa pihak yang juga pernah mengalami hal yang sama, maka akhirnya meluncurlah aku ke apotik. Kubeli obat dengan semangat '45, berkeyakinan segala sesuatunya akan lebih baik dalam waktu 2 - 3 hari. Selain itu, ada lagi tambahan obat cina pemberian seorang sahabat dan tampaknya memang cukup ampuh.
hari pertama... lewat.. hasilnya : bengkak
hari kedua.... lewat... hasilnya : masih bengkak disertai diare (yang notabene adalah efek dari obat cina)
hari ketiga hingga kelima lewat.. hasilnya: tetep bengkak. walaupun sudah nggak separah hari-hari awal yang mengakibatkan bengkak menyeluruh di mata. paling nggak, sekarang bengkaknya sudah sedikit "terarah", cuma di ujung mata kiri.
o'o..ada apa ini? Padahal aktivitas masih menumpuk. Jangankan buat keluyuran, untuk baca atau ngeliat lama - lama aja rasanya udah "aduhaaaii".
Pemikiran berikutnya, "okay, gimana caranya bisa keluyuran dengan mata yang asimetris?" walaupun sekarang memang lagi zamannya mode asimetris, but..if it happened to our eyes because of illness, it wasn't cool at all.
Well, thx Lord for the thing named "eyeliner". Dengan berbagai cara, kucoba menutupi bengkaknya. Tapi tetep aja, yang namanya ditutupi, mau gimana pun juga tetep keliatan. Selain eyeliner, kacamata jadi sahabat terdekatku. Memang pada dasarnya aku harus menggunakan kacamata karena minus dan silindris di mata, hanya saja aku baru menggunakannya pada saat - saat tertentu. Semenjak sakit, kacamata hanya lepas dari mataku cuma waktu tidur.
Akhirnya setelah satu setengah minggu bengkak tanpa kejelasan, sampailah pada keputusan akhir : Ke dokter mata untuk menyembuhkan "hal-yang-kukira-timbilen" ini. Dengan jurusnya, dokter pun memberikan beberapa obat. Dari obat tetes, sampe obat minum. hasilnya: nihil. Oke, permasalahan dengan mata ini bikin stress. Soalnya tiap hari susah mau melihat dengan bener, dan otomatis bikin kepala gampang pusing & berat karena untuk bisa melihat jelas aja harus "ngotot".
Banyaknya obat ternyata tidak menghasilkan apapun. Akhirnya langkah selanjutnya pun ditempuh: operasi kecil. Tepat dua minggu setelah bengkak awal muncul, yaitu tanggal 14 Oktober 2010 di"lenyapkanlah" bengkak di ujung mata sebelah kiri. HUAHAHA..SAATNYA SAKIT INI MENEMUI AKHIR DARI KEBERADAANNYA!
okay, tidak ada yang bisa diceritakan mengenai bagaimana proses operasinya. Bukan karena aku dalam kondisi tidak sadar waktu dioperasi, melainkan karena aku sepenuhnya sadar sewaktu dokter melakukan segala hal pada mataku. Percayalah, tidak ada dari bagian itu yang ingin kalian dengarkan lebih lanjut =p
Penyebabnya simple.. infeksi. Infeksi karena udara kotor, tangan kotor yang memegang mata, lalu terjadi pembengkakan, penyumbatan, dan menghasilkan sebuah gumpalan asing sehingga cara menghilangkannya pun juga harus dengan cara yang luar biasa. Bukan hanya dengan obat - obatan biasa.
so, bagaimana hari - hari awal setelah operasi? aku harus membiasakan diri melihat hanya dengan satu mata. mudah? enggak. Nabrak sana - sini? iya..
*to be continued to : Jagalah Mata,Jangan Kau Nodai (Part Deux)
Konsultasi melalui telepon pun kulakukan dengan salah seorang dokter mata kenalanku,dan akhirnya tercetuslah nama sebuah obat. Dari referensi beberapa pihak yang juga pernah mengalami hal yang sama, maka akhirnya meluncurlah aku ke apotik. Kubeli obat dengan semangat '45, berkeyakinan segala sesuatunya akan lebih baik dalam waktu 2 - 3 hari. Selain itu, ada lagi tambahan obat cina pemberian seorang sahabat dan tampaknya memang cukup ampuh.
hari pertama... lewat.. hasilnya : bengkak
hari kedua.... lewat... hasilnya : masih bengkak disertai diare (yang notabene adalah efek dari obat cina)
hari ketiga hingga kelima lewat.. hasilnya: tetep bengkak. walaupun sudah nggak separah hari-hari awal yang mengakibatkan bengkak menyeluruh di mata. paling nggak, sekarang bengkaknya sudah sedikit "terarah", cuma di ujung mata kiri.
o'o..ada apa ini? Padahal aktivitas masih menumpuk. Jangankan buat keluyuran, untuk baca atau ngeliat lama - lama aja rasanya udah "aduhaaaii".
Pemikiran berikutnya, "okay, gimana caranya bisa keluyuran dengan mata yang asimetris?" walaupun sekarang memang lagi zamannya mode asimetris, but..if it happened to our eyes because of illness, it wasn't cool at all.
Well, thx Lord for the thing named "eyeliner". Dengan berbagai cara, kucoba menutupi bengkaknya. Tapi tetep aja, yang namanya ditutupi, mau gimana pun juga tetep keliatan. Selain eyeliner, kacamata jadi sahabat terdekatku. Memang pada dasarnya aku harus menggunakan kacamata karena minus dan silindris di mata, hanya saja aku baru menggunakannya pada saat - saat tertentu. Semenjak sakit, kacamata hanya lepas dari mataku cuma waktu tidur.
Akhirnya setelah satu setengah minggu bengkak tanpa kejelasan, sampailah pada keputusan akhir : Ke dokter mata untuk menyembuhkan "hal-yang-kukira-timbilen" ini. Dengan jurusnya, dokter pun memberikan beberapa obat. Dari obat tetes, sampe obat minum. hasilnya: nihil. Oke, permasalahan dengan mata ini bikin stress. Soalnya tiap hari susah mau melihat dengan bener, dan otomatis bikin kepala gampang pusing & berat karena untuk bisa melihat jelas aja harus "ngotot".
Banyaknya obat ternyata tidak menghasilkan apapun. Akhirnya langkah selanjutnya pun ditempuh: operasi kecil. Tepat dua minggu setelah bengkak awal muncul, yaitu tanggal 14 Oktober 2010 di"lenyapkanlah" bengkak di ujung mata sebelah kiri. HUAHAHA..SAATNYA SAKIT INI MENEMUI AKHIR DARI KEBERADAANNYA!
okay, tidak ada yang bisa diceritakan mengenai bagaimana proses operasinya. Bukan karena aku dalam kondisi tidak sadar waktu dioperasi, melainkan karena aku sepenuhnya sadar sewaktu dokter melakukan segala hal pada mataku. Percayalah, tidak ada dari bagian itu yang ingin kalian dengarkan lebih lanjut =p
Penyebabnya simple.. infeksi. Infeksi karena udara kotor, tangan kotor yang memegang mata, lalu terjadi pembengkakan, penyumbatan, dan menghasilkan sebuah gumpalan asing sehingga cara menghilangkannya pun juga harus dengan cara yang luar biasa. Bukan hanya dengan obat - obatan biasa.
so, bagaimana hari - hari awal setelah operasi? aku harus membiasakan diri melihat hanya dengan satu mata. mudah? enggak. Nabrak sana - sini? iya..
*to be continued to : Jagalah Mata,Jangan Kau Nodai (Part Deux)
Subscribe to:
Posts (Atom)