Aku dan
papa sedang duduk di sebuah pujasera di sebuah mall. Kami perlu bertemu dengan seseorang dari manajemen mall ini terkait sebuah
pekerjaan. Jam menunjukkan jam makan siang telah usai, namun orang yang kami
cari sedang keluar ruangan dan belum tiba di kantor dikarenakan ada urusan
mendadak lainnya yang harus diselesaikan. Itu sebabnya papa dan aku memutuskan
untuk menunggu di pujasera sambil membeli sedikit jajanan.
Tampak
seorang pemuda berpakaian kemeja putih, celana hitam kain, sepatu pantofel
hitam, berambut cepak, dan mengenakan tas ransel. Ia memilih meja kosong yang
pas bersebelahan dengan mejaku. Terdapat empat kursi kosong yang duduk
berhadapan. Ia duduk di kursi yang posisinya serong denganku, dan meletakkan
tas ranselnya di kursi kosong di sebelahnya.
Dari
caranya menghempaskan diri ke kursi, dan raut wajahnya, tampak ia sangat lapar
dan kelelahan. Tidak berapa lama, ia tampak berusaha mengambil sesuatu dari
dalam tas ranselnya. Ia mengeluarkan dua kantong plastik berwarna hitam dan biru
bening. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam kantong plastik hitam, namun dalam
palstik biru bening tampak jelas sebuah kotak makan yang penuh terisi.
Kukira ia
akan segera menyantap bekal yang ia bawa. Ternyata hal yang ia lakukan adalah
meletakkan plastik-plastik itu di hadapannya, lalu ia memejamkan matanya dan
melipat tangannya. Ia ternyata berdoa sebelum makan, setelah itu ia segera
menyantap bekalnya.
“hayo
gitu kira-kira yang masak, terus bawain bekalnya siapa ya? Mamanya? Atau mungkin
udah punya istri?” ujar papa padaku dengan usil, sebab kelihatan kalau bekalnya
sangat lengkap isinya, dan terbungkus rapi. Susah membayangkan seorang pria
menyiapkan segala itu semua sendiri. Dilihat dari usia, ia tampak sangat muda. Mungkin
baru satu atau dua tahun lulus kuliah, dan tampaknya seperti pemuda lajang yang
masih merintis karir.
“wah..
nggak tau ya pa” jawabku sambil ketawa kecil. Tapi satu hal yang aku tahu
pasti: mungkin makanan yang ia bawa bukanlah makanan dari restoran mahal,
dengan rasa seperti masakan koki terkenal, namun tampak bahwa bekal dari rumah itu bermakna
sebuah perhatian dan kehangatan sebuah keluarga. Itu yang membuatnya lebih
nikmat dan terasa mahal.
No comments:
Post a Comment