Pages

Wednesday, November 21, 2007

SE Nas 07: 6th Company to Suara Pembaruan

Last Posting about Excursion Study of Communication Science Department is about Suara Pembaruan Newspaper.

After Ogilvy, we visited Suara Pembaruan. Suara Pembaruan adalah harian ibukota yang terbit sore hari. Zainuri sebagai redaktur bahasa merangkap penanggung jawab percetakan yang memandu kami. Awalnya kami dibawa ke ruang redaksi dahulu. Kami ditunjukkan bagaimana suasana ruang redaksi. Di ruangan tersebut kami melihat banyak tumpukan koran dari berbagai media cetak. Buat apa tumpukan koran tersebut? Those newspapers used for comparing the news in Suara Pembaruan with other newspaper, agar berita yang dihasilkan tidak sama. Dari segi bahasa, bahasa di harian Suara Pembaruan menggunakan bahasa yang lugas, bukan bahasa yang “berat”.


Dari ruang redaksi, kami lanjut ke ruang layout. Sebelum sampai di ruang ini. Kami ditunjukkan sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk afternoon meeting. Dalam rapat tersebut dibahas apakah koran tersebut layak edar atau tidak, atau mungkin ada kesalahan lain. Sehingga dapat ditarik kembali sebelum diedarkan. About respondent, Suara Pembaruan has respondent which spread in almost all of Indonesia’s Provinces. Suara Pembaruan used to produced twice a day. In the morning and evening. But after monetery crisis, Suara Pembaruan only produced once a day. Di ruang layout, berita – berita di atur letaknya, lalu di print. Dan dilihat untuk sementara, apakah sudah benar semua. Bila masih ada kesalahan cetak, maka akan diatur ulang. About Photos, Suara Pembaruan sometimes take photos from News Office Antara and AP. But for headlines, they use photos from their photographers.

After layout room, we went to printing room. For printing, they still use roll, not iron plate like most of newspaper office and we could see the printing proccess. The History of Suara Pembaruan:
1961: Stabilitas Indonesia masih kacau karena ada peristiwa PKI, lalu pada 27 April 1961 terbitlah Sinar Harapan sebagai cikal bakal dari Suara Pembaruan.
9 Oktober 1986:Sinar Harapan dicabut surat terbitnya karena dianggap menyalahi aturan terbit oleh pemerintah saat itu.
4 Februari 1987 : terbitlah Suara Pembaruan sebagai reinkarnasi dari Sinar Harapan.
1 November 2000: Suara Pembaruan berganti format dari broadsheet 86x58 cm (9 kolom) menjadi semi broadsheet 37,5 x 58 cm (8 kolom).
Dalam sekali cetak, sekiktar 7.500 sampai 10.000 eksemplar dan selalu habis. Technology in Suara Pembaruan: They use notebook for presentation, and of course they had a lot of computer for design, and lot of tools for printing newspaper. But, for printing, they still use roll, not iron plate like in other newspaper company.
Finally, this is the last visit in Jakarta. Then we prepared to go Bandung..
Bandung, We’re coming!!!!
The end
Pak Zainuri.. our Guide that day
wiii.. a lot of newspapers!!!
2 printing machines.. (sayangnya untuk ngeliat yang kedua, kepala harus miring..xixixix...=P)

No comments: