Pages

Tuesday, October 19, 2010

Jagalah Mata, Jangan Kau Nodai..(part deux)

Cerita sebelumnya:
Jagalah Mata, Jangan Kau Nodai..

Setelah dilakukannya operasi kecil pada mata, aku pun bergegas menuju mobil dengan satu mata dalam kondisi tertutup perban (otomatis, dengan membayar dahulu pastinya pada dokternya). Menit - menit pertama masih terasa efek mati rasa di mata. Namun setelah sepuluh menit, mulai rasa nyeri alias "cekot-cekot" muncul di mata. Efek obat mati rasa mulai hilang dari mata.. aaargh..

Selama perjalanan pulang dari dokter, tidak banyak hal yang bisa kukatakan. Di mobil aku hanya diam sambil memegangi satu mata, dan menanti saat - saat untuk tiba di rumah. Sesampainya di rumah, hal yang muncul di kepalaku hanya satu: MAKAN. karena kalau sudah makan, artinya aku bisa minum obat penghilang rasa sakit, yang juga artinya mengakhiri penderitaanku yang meringis-meringis karena sakit.

Memasuki rumah, bergegaslah aku duduk di meja makan. Membuka piring yang disusun dengan terbalik di meja makan rumah. Kejanggalan pertama terasa. Sewaktu mau mengambil makan, rasanya ada yang aneh. Aku seperti orang yang nggak fokus untuk mengambil barang. Jelas tangan kananku memegang sendok, dan tangan kiri memegang garpu, tapi rasanya aneh karena aku melihat barang seakan - akan hanya bertumpu pada mata kanan, dan terlebih lagi aku tidak bisa melihat banyak benda yang ada di sebelah kiri karena mata kiriku diperban. Bagaimanapun, aku harus segera menyelesaikan makanku, meminum obat, dan bergegas tidur.

Esok harinya, aq terbangun dengan mata yang diperban, dengan perban semalam. Rencana hari ini adalah mandi, lalu membuka perban. Haaah..menjalani waktu - waktu selama belum membuka perban ternyata tidak mudah. jadi berhubung aku sedikit nganggur di rumah, dan nggak bisa membaca banyak-banyak, untuk terlalu lama melihat laptop juga susah, akhirnya aku pun memilih untuk menghabiskan waktu dengan menggunakan kuteks untuk kuku tanganku.

Ambil kuteks, kuangkat kuas, kusapukan kuas di kuku ku. tidak ada yang susah bagiku, sekalipun harus dengan satu mata tertutup. Masalah ternyata baru timbul saat aku harus memasukkan kembali kuas kuteks ke dalam botolnya. Meleset sana sini. dibutuuhkan waktu beberapa menit untuk bisa benar - benar memasukkan kuas seutuhnya ke dalam botolnya. Kalau setiap habis memoles satu kuku, aku harus memasukkan kuas ke dalam botol, bisa dibayangkan berapa kali aku harus mencoba "memfokuskan" tanganku untuk memasukkan kuas ke dalam botol.

Tidak cukup "perang" dengan kuteks. Setiap berjalan pun tidak jarang aku menabrak sesuatu di sebelah kiriku, contohnya sofa dan kursi. Yah, memang sedikit menjengkelkan kalau tidak bisa melihat dengan utuh. Seperti biasa melihat TV dengan gambar yang penuh, tiba-tiba sekarang hanya dapet setengah gambar.

Akhirnya hari menjelang sore, aku baru memutuskan untuk membuka perbanku sendiri, dengan perkiraan bahwa luka pasca operasi sudah bisa dibiarkan tanpa penutup. Tentunya, dokterku juga sudah mengizinkan aku untuk membuka perban. Proses melepas perban tidak menyiksa sama sekali. Cepat, tidak sakit, dan mudah untuk dilakukan sendiri. Aku melihat di kaca, mataku sudah membaik, tapi masih membiru bekas injeksi dan masih ada sisa-sisa luka pasca operasi.

Masalah baru muncul saat aku mengalihkan arah mataku untuk melihat perban yang ada di genggaman tanganku. Kira - kira 30 cm di depan mataku. eaaaa.... karena nyaris 24 jam mata kiriku tertutup, sekarang waktunya mata kiri untuk "bersinkronisasi" dengan mata kanan. Untuk melihat hal-hal dalam jarak dekat, aku bisa melihat semuanya jadi dua. untuk limat menit awal, lagi-lagi aku harus sedikit nabrak-nabrak sana sini. setelah lima hingga sepuluh menit awal, akhirnya mataku pun mulai bisa menyesuaikan diri. lambat laun, akhirnya mataku bisa bekerja sama dengan baik antara yang kiri dan kanan.

***

ada yang bilang kalo mata adalah jendela hati. Bukan berarti kalo aku sakit mata, trus artinya hatiku ikutan kotor. kurang lebih, inilah jadinya saat hati kita nggak beres. mungkin karena kita tidak bisa menjaga hati kita untuk tetap terjaga bersih melalui apa yang kita lihat. Kenapa kok harus apa yang kita lihat? ya biasa, apa yang seirng kita lihat, akhirnya jadi sering nyantol di kepala, akhirnya kepikiran terus, ujung-ujungnya melahirkan sebuah tindakan.

akhirnya kita harus melalui cara yang panjang, merepotkan, menyakitkan, bahkan sampe bikin nabrak-nabrak sana sini. Buang waktu? iya. padahal jelas ada kerjaan lain yang harus dikerjakan, tapi karena "sakit" akhirnya hanya bisa berputar - putar di masalah yang sama untuk menyembuhkan diri. Buang tenaga? jelas. Buang materi? iya.

Kalau aku, menjaga mataku dengan luar biasa seperti ini, apalagi Tuhan yang jelas-jelas mengasihi kita seperti biji mata-Nya?

No comments: